Pasar Peunayong (Pasar Ikan, Pasar Nasabe, Pasar Daging, Pasar Unggas, Pasar Bumbu)

dta|photography
dta|photography
dta|photography

BANDA ACEH : Pada tahun 1940, BandaAceh hanya memiliki satu pasar sentral yang berada di tengah kota Banda Aceh, yang menawarkan berbagai produk sandang pangan dan produk-produk lainnya. Dengan berkembangnya zaman dan juga didukung dengan adanya pertumbuhan penduduk, jumlah penjual yang menawarkan kebutuhan konsumen juga semakin bertambah, sehingga mendesak pemerintah kota untuk mengembangkan pasar aceh yang selayaknya memerlukan perluasan. Namun, dikarenakan lokasi awal berada di tengah kota, sulit untuk mengembangkan pasar di lokasi yang sama. Alternatif yang dipilih adalah dengan memindahkan pasar ikan ke pinggiran sungai Aceh (Krueng Aceh) yang berjarak 500 meter dari lokasi pasar sentral.

dta|photography
dta|photography
dta|photography
dta|photography

Pasar yang dibangun tersebut hanya berkapasitas 100 bangku yang memuat 120-140 pedagang. Kondisi ini membuat banyak pedagang ikan yang masih tidak tertampung untuk berjualan di lokasi tersebut. maka pada tahun 1968- 1969 dibangun pasar semi permanen di daerah Peunayong yang juga berada di pinggiran sungai Aceh (Krueng Aceh). Berawal dari sinilah munculnya Pasar Peunayong

dta|photography
dta|photography

Pada tahun 2004, bencana tsunami memporak porandakan pasar sehingga rata dengan tanah. Namun, kondisi ini tidak berlangsung lama, dimana dalam masa rekonstruksi pada awal tahun 2005, Pemko Banda Aceh bekerjasama dengan CHF (community Habitat Finance), CRS (catholic Relief Services) dan ARC (American Red Cross) membangun kembali  komplek Pasar Peunayong menjadi tiga gedung bertingkat, yang dikelompokkan berdasarkan bahan pangan.

Gedung pertama menawarkan ikan segar dan sayuran (Pasar Nasabe). Gedung kedua menawarkan  daging ayam dan bebek segar (Pasar Unggas) dan Pasar Bumbu, dan gedung terakhir menjual daging sapi dan kambing (pasar daging).